SUSAH SINYAL (2017) REVIEW : Kedewasaan Meredam Problematika Ibu dan Anak


Setelah debutnya yang menjanjikan lewat Ngenest The Movie, Ernest Prakasa menjadi sosok yang perlu untuk diwaspadai di perfilman Indonesia. Apalagi, ketika film keduanya berjudul Cek Toko Sebelah yang berhasil masuk dan mendapatkan penghargaan di berbagai tempat. Sehingga, Ernest Prakasa muncul sebagai fenomena perfilman Indonesia yang baru dan perlu untuk mendapatkan sorotan lebih oleh siapapun.

Tentunya ini akan menjadi beban bagi Ernest Prakasa untuk bisa menghasilkan karya-karya terbarunya.  Setelah 2 rekam jejak filmnya yang cukup menjanjikan, karya-karyanya pun bakal dinantikan oleh segala penikmat film Indonesia. Tak terkecuali adalah karya terbarunya yang dirilis tahun ini yaitu Susah Sinyal. Film ketiga dari Ernest Prakasa ini secara otomatis akan memunculkan harapan dari penonton film Indonesia.

Kembali bersama dengan Starvision, Ernest Prakasa dibantu oleh sang Istri, Meira Anastasia, menuliskan sebuah cerita tentang relasi Ibu dan Anak lewat Susah Sinyal. Kembali dibintangi oleh Adinia Wirasti di pemeran utamanya, tetapi Ernest Prakasa mengambil resiko yang cukup besar dan riskan di jajaran aktor-aktris lainnya. Lebih memilih jiwa-jiwa segar untuk filmnya dan memilih Aurora Ribero sebagai pendatang baru yang langsung memainkan karakter utama dalam Susah Sinyal tentu perlu jiwa pengarahan yang kuat. 


Ernest Prakasa mungkin mau untuk keluar dari zona nyaman dengan mencari jiwa-jiwa segar dalam film terbarunya. Tetapi, dengan rekam jejak yang baru seumur jagung, tentu ini adalah sesuatu yang sangat riskan untuk dilakukan. Dengan carannya yang riskan, nyatanya Ernest Prakasa berhasil membuat Susah Sinyal menjadi sebuah drama keluarga yang sangat kuat. Juga, film ini memberikan Ernest Prakasa ruang untuk berkembang dan dewasa untuk menentukan keputusan.

Mungkin, pesan yang dibawa oleh Susah Sinyal tak sebesar dan ambisius seperti Cek Toko Sebelah. Tetapi, ini malah jadi membuat Susah Sinyal memiliki performa yang jauh lebih baik dibandingkan karya kedua milik Ernest Prakasa. Susah Sinyal adalah pembuktian bahwa Ernest Prakasa punya kematangan dalam mengarahkan film terbarunya. Meskipun dengan pesan yang jauh lebih sederhana, Susah Sinyal malah jauh memiliki kehangatan yang luar biasa besar dibanding kedua film sebelumnya. 


Susah Sinyal ini sendiri adalah sebuah metafora dari problematika hubungan Ibu dan Anak yang dialami oleh Ellen (Adinia Wirasti), seorang pengacara muda sukses yang baru saja memutuskan untuk membuka firma sendiri. Tentu, hal ini membuat Ellen sangat sibuk mengurusi semua pekerjaannya dan tak memiliki waktu bersama dengan anak perempuannya, Kiara (Aurora Ribero). Tetapi, suatu ketika, Kiara yang beranjak remaja semakin memiliki jarak dengan Ellen.

Iwan (Ernest Prakasa), teman Ellen memberikan saran kepadanya untuk mengajak Kiara liburan agar hubungan di antara keduanya semakin membaik. Kiara pada awalnya tak setuju dengan ajakan Ellen, tetapi pada akhirnya Kiara setuju untuk mengajak Ellen liburan ke Sumba. Di saat liburan, Ellen yang membutuhkan internet untuk melakukan pekerjaannya harus kesusahan mencari sinyal, begitu pula dengan Kiara. Sehingga, di dalam liburan kali ini, Kiara dan Ellen berinteraksi untuk memperdekat jarak di antara keduanya yang sudah terlalu jauh. 


Susah Sinyal tak hanya sekedar sebuah kisah di mana dua orang harus merasakan bagaimana hidup tanpa sinyal yang menghidupi teknologi mereka. Susah Sinyal adalah sebuah metafora tentang jarak Ibu dan anak yang sedang kesusahan untuk memahami satu sama lain. Bagaimana film ini membicarakan tentang pola komunikasi antara orang tua dan anak yang terkadang tak berubah, meskipun sebenarnya zaman telah berubah. Sehingga, perlu adanya pembaruan dalam pola komunikasi mereka agar orang tua dan anak bisa memberikan relevansi satu sama lain.

Dengan potensi ceritanya yang lebih ke ranah drama, Ernest Prakasa memberikan sentuhan komedi yang sudah menjadi kekuatannya. Sehingga, film ini dibawakan dengan sangat ringan tetapi penuh akan pesan dan makna yang akan jauh lebih personal bagi penontonnya. Pengarahan Ernest Prakasa dalam Susah Sinyal tak lagi terlalu menggebu-gebu seperti Cek Toko Sebelah. Tetapi, ini malah menjadi membuat Susah Sinyal memiliki performa yang jauh lebih kuat dibanding Cek Toko Sebelah.

Ernest Prakasa sudah mulai mempelajari kesalahan apa yang ada di film sebelumnya. Ada kedewasaan dalam memutuskan setiap adegan di dalam film Susah Sinyal. Ada kontrol dalam film Susah Sinyal sehingga sepanjang film setiap menitnya yang mencapai 110 menit bisa berjalan dengan lancar. Serta, perpaduan antara unsur komedi dan drama dalam Susah Sinyal berhasil muncul sesuai dengan porsinya masing-masing tanpa harus mengorbankan satu sama lain. 


Meskipun, Susah Sinyal masih memiliki keputusan yang harusnya bisa lebih dieksplorasi lagi dengan penggunaan karakter Mama Iwan yang diperankan oleh Dayu Wijanto. Penggunaan karakter ini hanya sebagai sidekick tanpa memberikan relevansi kepada cerita. Seharusnya, karakter ini pun bisa menjadi medium bagi Ernest Prakasa untuk menceritakan tentang mother issue dalam setiap karakternya dan akan semakin memperkuat Susah Sinyal yang mengangkat tema tersebut.

Pun, menyelipkan referensi tentang Moanayang mungkin perlu untuk diperdalam lagi dalam adegannya sehingga referensi tersebut bisa jauh lebih membaur dengan filmnya.  Tetapi, hal itu tak menyurutkan segala hal-hal baik yang terjadi di dalam film ini. Pemandangan Sumba yang indah tak hanya sebagai pemanis, tetapi pelengkap cerita yang pas. Maka, pemanis dalam film ini jatuh pada pemilihan soundtrackdengan penempatan yang pas. Meskipun dalam teknisnya, ada beberapa yang perlu diperbaiki.  


Ernest Prakasa dengan minor-minor kecilnya itu masih bisa membuat hati penontonnya merasakan kehangatan yang luar biasa besar. Sepanjang film, penonton akan diyakinkan dengan jarak yang terjadi di antara keduanya berkat performa luar biasa dari Adinia Wirasti dan Aurora Kibero. Sebagai pendatang baru, Aurora Kibero layak untuk diperhitungkan. Sehingga,  ketika Susah Sinyal masuk ke dalam adegan kuncinya, semua luapan emosi itu bisa tercapai dengan sangat baik berkat kedewasaan Ernest Prakasa dalam pengarahannya. 
LihatTutupKomentar